Sabtu, 24 April 2010

Berbicara Pada Tuhan

.,*,' ,._., .:'.:.\ .=. ,;;,.:;.~!
.#..::.~ .,*,' .:..#./\ ._.';;'?
-:-.\.~ .,*,' ':;',;,:: ';' ,;,.'~'. '|''~'!
Aku tahu aku ini bodoh. Aku sudah bosan melihat gambar-gambar di atas pupil mataku. Ingin rasanya menghilang saja ditelan bumi. Tapi sebagian hatiku resah juga harus kehilangan semuanya... Walau semuanya hanya ilusipun, tapi masih ada sedikit yang sangat aku sayangi dan sukai dan sukar untuk diputuskan ikatannya.. Dakupun lebih senang terus merana pada kepalsuan ini... Sebenarnya itu yang di dalam hati si tuhan, tapi saya juga ingin tidak ada saja dari alam ke-saya-an... Kenapa saya harus menjadikan semua ini? Seandainya Tuhan yang Maha itu ada, kenapa dia harus menciptakan aku yang dulu tiada ini, Tuhan, Tuhan...

Seperti kecanduan narkoba, kita ingin terus berdoa pada Tuhan, saya juga ingin terus menyebut nama Tuhan, Tuhan, Tuhan, dan Tuhan... Kita sudah disuapin narkoba oleh pengedar-pengedarnya, saat kita mencoba berhenti, kita akan sakau dan akan tersiksa bahkan menyakiti diri sendiri... Seperti diri saya yang menyilet-nyilet lengan, mungkin itu disebabkan karena sakau akan Tuhan?

Tiap kali aku harus kembali duduk pada kursi kelas Xcku yang bagaikan magnet itu, aku selalu akan bersebelahan dengan sahabat bertubuh rata berwarna putih polos; dinding itu. Tiap guru sibuk mengoceh di depan sana aku duduk menyamping bersandar pada tembok dan menghitung tumbukan-tumbukan kepalaku ke sahabat putihku itu walaupun akhirnya aku tidak akan ingat berapa kali aku memukul tembok itu, aku tak peduli. Aku hanya ingin keluar, keluar, dan keluar, lebih dari keluarnya pejuh dari batang phallus yang dimiliki para bocah, lelaki, ataupun para kakek tua itu--aku ingin keluar dari semua ini, keluar dalam arti dalam yang sesungguhnya, yang betul-betul nyata...

Aku telah berkali-kali merasakan cinta, cinta yang gila dan memuakkan, yang faktanya membuat aku curiga bahwa mungkin cinta tidak sedalam itu atau memang cinta mungkin belum kugapai, mungkin yang kugapai adalah godaan, godaan yang lebih dalam dari godaan yang sebenarnya... Seandainya ada alat yang bisa mengukur rasa cinta, aku ingin tahu apakah ini termasuk cinta apa bukan? Aku hanya ingin diriku tahu, bahwa rasa asing yang sering terasa itulah yang selalu membikin aku mengacuhkan tumpukan batu-batu runcing dalam imaji otakku... Apakah sekarang aku sadar bahwa aku ada sekarang? Aku sebenarnya tidak berharap atau menginginkan itu, aku hanya ingin terjebak dalam cerita imajinasi seperti yang mungkin kalian alami, seperti rasanya saat aku dulu mempercayai anime Naruto pasti ada dalam dunia nyata ini, dengan alih-alih alam semesta tidak terbatas.

Aku ingin tahu apa yang kuinginkan. Yang kuinginkan adalah tahu apa yang kuinginkan. Pernyataan itu seperti x = yx. Apakah itu mustahil? Tapi seandainya "x" adalah 0, semuanya mungkin... Suatu saat aku akan berhenti berharap pada harapan. Tapi untuk saat ini hanya itulah yang kubisa, berharap dan lagi-lagi berharap... Sepertinya ketika saatnya tiba, aku tidak lagi menginginkan harapan, dan saat itulah aku betul-betul jadi gila, karena untuk saat ini diri ini sudah mengira-ngira bahwa tidak mungkin aku mati bunuh diri. Aku takut mati. Aku takut seandainya Tuhan menuntut apa yang selama ini kulakukan, dan ternyata dia benar-benar ada, dia memasukkanku ke dalam neraka, tidak lagi memperdulikanku, walaupun dia mengasihiku. Dia sudah tahu kalau aku akhirnya akan begitu. Tapi dia memberiku pilihan. Dan dia menyayangiku. Ini sangat tidak masuk akal di otak manusiaku, tapi mungkin keajaiban akan terjadi di alam Tuhan, hal-hal itu menjadi masuk akal. Setelah saat itu tiba, aku akan sangat menyesal. Tapi aku akan tahu kalau Tuhan tetap menyayangiku, walau murkanya sudah tidak mungkin padam lagi untukku.

Dan seandainya Tuhan itu tidak ada... aku akan menuju kepada kehampaan total. Tidak terjadi apa-apa. Tidak ada waktu. Semuanya tidak ada. Dan aku tidak akan tahu lagi penyesalan. Anehnya, tidak seperti penyesalan yang biasanya, penyesalanku ini datang lebih awal, saat aku masih hidup di sini. Harusnya aku tidak perlu khawatir jika aku menghilang nanti, karena aku tidak akan merasakan kesedihan dan kekecewaan meskipun aku juga tidak akan merasakan kebahagiaan dan kesenangan lagi. Ajaran Buddha mengatakan bahwa saat kita sudah tercerahkan dari kefanaan kita, kita akan memasuki Nibanna, puncak kebahagiaan tertinggi yang kudefinisikan sebagai perasaan hampa yang harmonis dan damai, seperti angka nol yang netral.

Aku ingin sekali berterimakasih kepada teman-temanku yang mungkin hanya sedikit sekali yang mengenal kepribadianku ini. Dan yang aku tahu bahwa aku memang nyata. Tapi di masa depan hal itu mungkin akan aku pertanyakan kembali... Maafku juga kepada kalian. Aku berterima kasih kepada MobaMingle yang memperkenalkanku kepada temanku yang sampai saat ini masih bisa setia menemaniku bercerita. Aku juga ingin berterima kasih pada L yang sudah mendengar keluhan-keluahanku walaupun sekarang dia bagaikan menghilang tanpa jejak setelah sudah pernah kuperingatkan untuk tidak melupakanku seperti teman-teman lamaku yang lain. Untuk keluargaku, sudah lama aku mengeluh tentang kalian... Aku lama-lama bosan juga tinggal dengan kalian di rumah gila itu. Aku tidak tahu apakah bundaku yang terlalu menyayangiku dan mungkin memanjakanku saat kecil sehingga membuat aku lupa dengan masa-masa kecilku sendiri. Saat aku berusaha mengingat memori usang itu, jiwaku rasanya ingin hancur melebur seperti es yang tiba di lidah yang panas membakar tiap lapisan es itu. Aku juga tidak pernah ingat bagaimana sifat ayahku, aku tidak pernah betul-betul mengenal dia... Aku hanya tahu dia pernah menggendongku, dan beberapa memori kecil. Aku tetap berterima kasih pada itu semua, itulah yang membuatku bisa memikirkan pikiran yang sekarang kumiliki ini. Pikiran yang menyiksa tapi membuatku ketagihan... Mark Zucksenberg adalah orang hebat yang sudah membuatku mengenal teman-teman ateisku di grup facebooknya, yang dari situ aku bertemu dengan banyak sekali pemikiran-pemikiran unik yang ikut andil dalam pembentukan caraku memandang yang sekarang ini. Setiap bit dalam hidupku, akan kuterimakasihi pasti, karena itulah yang selalu menjadikanku jadi pola pikir yang "sekarang" dan yang "kini". Seluruh makhluk hidup di dunia, seluruh isi jagad raya, teman mainanku yang paling mengherankanku ini, semuanya pantas menjadi sasaran rasa terimakasihku! Aku suka caramu menyakiti jiwa dan raga ini... Bahkan sekarang aku mengharapkan andaikan ada seseorang yang memukulku habis-habisan dan tetap menyayangiku seperti yang dilakukan oleh Tuhan ciptaan manusia itu!

Sudah banyak masa dalam hidup ini memperlihatkan dengan buram seperti apa tampaknya dunia ini, dan sudah lama juga aku menyaksikannya dari balik layar kacamata polos ini. Aku tidak tahu berapa lama lagi akan hidup, aku tidak seperti Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi, aku ingin tidak pernah ada. Menghilangkan semua hasrat dan rindu sangatlah sulit bagiku yang katanya hanyalah seorang manusia biasa. Aku harus mengakui aku sudah lama kesepian. Jika kau melihatku ceria, itu mungkin hanyalah pura-pura. Parahnya, setelah kupikir-pikir lagi, mungkin aku adalah seseorang yang sangat ceria dan sendainya ada yang melihat aku sedang sedih, itu hanyalah pura-pura! Aku sudah tidak mengenal diriku lagi, sebutlah aku munafik. Aku sangat takut dicapi munafik.

Sejenak aku ingin tidak mengerti apa-apa. Seperti anak kecil saja yang suka bertanya-tanya. Aku pasti dimaklumi. Tapi bahkan sekarang, apakah aku mengerti sesuatu? Tidak ya! Ketika aku melihat jendela berbentuk segiempat yang bingkainya terbuat dari kayu itu, aku menyangka aku sedang melihat lukisan tentang sebuah wanra yang bermakna segalanya untukku, dialah si hitam yang di beberapa ufuknya tergantung bintang-bintang yang digelari dewa oleh beberapa suku kuno di belantara bumi yang terpencil.

Ya Tuhan, kau suka sekali main petak umpet...  Aku sangat menyesal menciptakanmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar